Hatta kecil dilahirkan di Bukittinggi pada tanggal 12 Agustus 1902 dengan nama asli Mohammad Athar. Nama Athar sendiri memiliki arti yang harum atau mewangi, namun kemudian sering dipanggil dengan sebutan atta sampai pada akhirnya dikenal dengan nama Mohammad Hatta. Hatta dibesarkan oleh sang kakek yang bernama Syekh Muhammad Djamil Djambek atau biasa dipanggil Ayah Gaek oleh Hatta. Ayahnya hatta meninggal saat ia berusia delapan bulan. Sebagai seorang yang dilahirkan dalam lingkungan keluarga yang taat beragama, Hatta kecil banyak menghabiskan waktunya bermain bola dan belajar agama di surau. Sang kakek merupakan Ulama Besar yang terkenal sampai ke luar daerah. Ayah Gaek yang selalu membimbing hatta kecil untuk dapat memahami Ajaran Agama Islam, bahkan sang kakek berharap hatta kelak menjadi seorang ulama besar, bisa melanjutkan sekolah sampai ke Arab Saudi atau Mesir (Kompas; Jejak Yang Melampaui Zaman;2017)
Banyak pelajaran berharga yang didapat oleh hatta selama di asuh oleh Sang Kakek, walau hal tersebut baru disadarinya setelah dewasa. Diantara hal yang diingat oleh hatta adalah Sang Kakek yang seorang pedagang selalu memperlakukan pembantunya, pelayan usaha dan pengurus kudanya dengan cara yang sama dan tanpa pilih kasih. Bagi kakek, mereka semua adalah sama-sama manusia, di mata Tuhan kita tak berbeda, hanya amal perbuatan ibadah yang membedakan kita dihadapanNYA. Ajaran ini kemudian membekas dalam diri hatta saat dewasa. Selain itu sang Kakek pun dalam memipin usaha dagang/bisnisnya selalu mampu memberikan kepercayaan dan tanggung jawab kepada anak buahnya. Pengambilan keputusan dalam sebuah peristiwa bisnis di lapangan juga diberikan sang kakek kepada para anak buahnya. Ada semacam kepercayaan dari pimpinan (Sang Kakek) kepada anak buahnya. Berkuasa dalam konteks ini memiliki makna bahwa ia diberikan tanggung jawab. Dampak ikutannya adalah sesorang yang diberikan kekuasaan tersebut juga diberikan keleluasaan dalam melakukan inovasi atau inisiatif dalam menyelesaikan pekerjaannya.
Karena kepercayaan yang diberikan sang kakek kepada anakbuahnya menyebabkan usaha yang dilakukan seringkali membawa hasil yang berlipat. Hatta kecil juga menlihat bahwa sang kakek kerap melakukan diskusi-diskusi kecil dengan para bawahannya terutama jika mendapatkan borongan pekerjaan yang baru. Diskusi-diskusi kecil ini bolehlah kita melihatnya sebagai sebuah proses dilakukannya Coaching dan Mentoring yang dilakukan oleh seorang pimpinan tertingi organisasi kepada pimpinan di bawahnya (Middle Manager). Rupanya sang Kakek yang memiliki kompetensi memimpin dengan latar belakang perpaduan ilmu agama dan ilmu dagang, mampu memainkan perannya dengan menempatkan seluruh personal organisasi nya sebagai sebuah satu kesatuan yang utuh, Manusia didalamnya tidak dianggap hanya sebagai pekerja, akan tetapi lebih dari itu yaitu sebagai “saudara” sebagai sebuah asset organisasi yang harus di maintenance dan di kembangkan serta dihargai.
Untuk membaca seluruh isi buku silahkan pesan bukunya melalui nomor berikut: 081284395311