Artikel

Analisis penataan bantaran DAS Sungai Cisadane Kota Tangerang Part 3

Potensi “Social Engagement” pada Setiap Komunitas

Dalam komunitas masyarakat yang mendiami bantaran Sungai Cisadane di Kota Tangerang, setidaknya dapat dikategorikan menjadi beberapa bagian dari arah hulu yaitu:

adidas born original women costume for sale - تسوق تشكيلة اديداس اوريجينالز للرجال مع تخفيضات 25 , نمشي - 75% أونلاين في السعودية | Nike Dunk Low Pro SB 304292 - 102 White Black Trail End Brown Sneakers – Ietp - nike sb mogan mid 2 white laces for sale in ohio
  1.  Wilayah Panunggangan Barat banyak didiami oleh masyarakat pribumi yang memang sudah puluhan tahun dan sudah turun menurun mendiami kawasan itu. Di wilayah ini ada terdapat sebuah lembaga social masyarakat yaitu Banksasuci (bank sampah sungai cisadane) sebuah komunitas yang bergerak dibidang lingkungan hidup.
  2. Wilayah Perempatan Shinta (Bojong Nangka) kawasan ini kira-kira sepanjang kiurang lebih 7 kila lebih banyak dihuni oleh kalangan Pabrik dan beberapa komunitas penjual bunga atau tanaman hias.
  3. Wilayah Cikokol, wilayah ini merupakan wilayah terpadat yang paling banyak berada di bantaran sungai. Dari kawasan sekitar cikokol, kawasan kampung cacing (disebut demikian karena profesi penduduknya adalah sebagai pecari cacing sutra di Sungai Cisadane), juga terdapat sebuah lembaga social yang bernama Yayasan keluarga anaklangit (sebuah komunitas social yang banyak bergerak dibidang pendidikan dan kemanusiaan bagi masyarakat kurang mampu), Masjid Al Ijtihad, sebuah Masjid yang memiliki nilai sejarah khususnya bagi warga babakan (Masjid ini memiliki Jamaah yang cukup banyak), sampai komunitas yang tinggal di wilayah Kampung Sukajadi.
  4. Wilayah sebagian Kampung Koang (sekitar kawasan komplek polisi)
  5. Dan Wilayah sekitar kampung Mekarsari Kecamatan Neglasari.

Kelima wilayah besar ini sudah menjadi sebuah struktur sosial yang sangat memberikan warna bagi perkembangan kehidupan masyarakat di wilayahnya masing-masing dan sudah barang tentu juga memiliki dampak terhadap struktur sosial di wilayah lainnya sebagai dampak dari terjadinya interaksi diantara komunitas yang satu dengan komunitas lainnya.

Telah dikemukakan oleh Coleman (1988) dalam Ali Wafa (Jurnal Masyarakat-UI;2003) bahwa struktur sosial merupakan suatu sumber daya yang dapat digunakan/dimanfaatkan oleh aktor untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Disini menunjukkan bahwa struktur social mampu  menciptakan social capital  pada suatu kelompok social yang ada. 

  • optimalisasi participatory government dapat dilakukan oleh Pemerintah Kota Tangerang dengan meningkatkan peran dan keberfungsian dari konsep rationality of policy dan menjumlahkannya dengan menggerakan social capital yang ada di masyarakat kemudian pada sisi lain melakukan minimalisasi pada pengumpulan dan penggunaan bias data serta juga meminimalkan eksklusifitas dalam proses perumusan kebijakan atau proses pembuatan kebijakan itu sendiri oleh kalangan elit aktor pembuat kebijakan.

Sebagai contoh adalah komunitas keluarga anaklangit, yang berada wilayah cikokol merupakan sebuah komunitas besar yang telah hadir di Kota Tangerang sejak 10 tahun lebih. Keberadaannya yang telah dapat memberikan “manfaat” bagi masyarakat periphery/masyarakat terpinggirkan (khususnya para anak jalanan dan anak kurang mampu) dengan memberikan bantuan pendidikan dan fasilitasi akses kesempatan belajar lainnya haruslah mendapatkan perhatian khusus. Nama besarnya juga telah membawa Kota Tangerang menjadi dipandang dalam beberapa event social baik dikawasan regional, nasional bahkan Internasional. Bericara mengenai lembaga social seperti anaklangit, sosok yang sama juga dimiliki oleh Lembaga Sosial Pemerhati Lingkungan Hidup yaitu Banksasuci (Bank Sampah Sungai Cisadane). Dalam kedua kelompok ini sangat terlihat sekali memiliki nilai social kapital yang tinggi yang terbentuk dari struktur social dan mekanisme kelompok yang berfungsi sebagai penggerak dari komunitas ini.

Kelompok yang sama juga memiliki keterikatan social (social engagement) yang kuat di dalam komunitasnya yaitu Kampung Cacing, komunitas penduduk ini setidaknya sudah puluhan tahun mendiami wilayah bantaran Sungai Cisadane dengan menggantungkan kehidupannya kepada Sungai Cisadane sebagai matapencaharian utamanya, yaitu mencari Cacing Sutera (makanan ikan-ikan hias). Nilai Produksi Ekonomi dari mencari cacing sutera ini bisa mencapai 15 kilo perhari dengan harga per kilo nya mencapai kisaran Rp 12.000. Komunitas ini sangat kompak dalam ikatan social diantara masing-masing anggota kampungnya, ditambah lagi pada umumnya warga kampung disini adalah kaum migran dari Indramayu dan Cirebon. Sehingga disisi lain memunculkan juga trust/kepercayaan dan tujuan yang sama diantara sesama anggota komunitas.

About Us

Bambang Kurniawan S.Sos, M.Si, Rektor Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (STISIP) Yuppentek Kota Tangerang dan juga Widyaiswara BKPSDM Kota Tangerang, Selengkapnya...

Copyright © 2020 Bambangkurniawan.com | Modified by {Hammus Creative Land}